Jakarta. KS- Pada tahun 1980-an, film Indonesia sempat merajai industri hiburan. Ratusan judul film keluar pada periode tersebut dan bintang-bintang muda bertebaran. Namun kejayaan itu tidak berlangsung lama. Pada tahun 1990-an nyaris tidak ada film Indonesia yang diproduksi. Kala itu industri hiburan tengah berfokus pada perkembangan dalam dunia pertelevisian tanah air. Ketidakstabilan ekonomi dan politikpun ditengarai sebagai salah satu penyebab kemunduran perfilman Tanah Air. Namun memasuki tahun 2000, para sineas film Indonesia pun berusaha untuk bangkit kembali. Daun di Atas Bantal serta Petualangan Sherina menjadi bagian dari pertanda jika dunia perfilman nasional mulai hidup kembali. Kedua film tersebut bisa dibilang menjadi salah satu pemicu bagi para sineas film Tanah Air, baik mulai dari sutradara, penulis naskah, hingga aktor dan aktrisnya untuk senantiasa memberikan performa terbaik demi menghasilkan hasil karya yang dapat diterima oleh para pecinta film.
Tidak cukup sampai di situ, kini para sineas Indonesia juga merambah kancah internasional dengan karya-karya terbaik mereka. Bahkan, banyak film karya anak bangsa juga berhasil meraih penghargaan di dalam berbagai ajang dunia, lho!
1. Pasir Berbisik (2001)
Film yang dibintangi oleh aktor dan aktris senior, Slamet Rahardjo, Christine Hakim, serta Dian Sastrowardoyo ini berkisah mengenai hubungan Berlian dan anaknya, Daya, yang sejak kecil ditinggalkan sang ayah, Agus yang pergi tanpa kabar berita. Berlian yang membuka warung jamu dan suka membantu dukun beranak tersebut sangat protektif terhadap puterinya yang beranjak remaja. Daya sering berkhayal bertemu dengan ayahnya. Daya juga suka menempelkan telinganya ke pasir untuk mendengar “bisikan” mengenai sang ayah. Berkat kekuatan cerita yang dimilikinya, film yang menjadikan Gunung Bromo sebagai lokasi syuting ini berhasil mendapatkan berbagai penghargaan dalam ajang Asia-Pacific Film Festival yang diadakan pada tahun 2001 untuk kategori Best Cinematography Award, Best Sound Award, dan Jury’s Special Award For Most Promising Director.
2. Laskar Pelangi (2008)
Film yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata ini bercerita tentang kehidupan sepuluh anak asal Belitung yang menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Anak-anak tersebut berasal dari keluarga miskin yang mengenyam pendidikan dasar di sebuah sekolah yang penuh dengan keterbatasan, di mana mereka harus belajar di dalam satu ruangan yang sama walau berbeda tingkat kelasnya. Namun keterbatasan yang ada tidak membuat mereka putus asa, tetapi justru menjadi semangat agar dapat berbuat sesuatu yang dapat mengubah kehidupan mereka. Film garapan sutradara Riri Riza ini tak hanya mendapatkan sambutan hangat di dalam negeri, di tahun 2009 film Laskar Pelangi juga diputar di beberapa festival film internasional, seperti Barcelona Asian Film Festival, Singapore Internasional Film Festival, 11th Udine Far East Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival. Bukan itu saja, film ini juga mendapatkan penghargaan dari Internasional Festival of Films for Children and Young Adults, serta The Golden Butterfly Award untuk kategori Best Movie.
3. Battle of Surabaya (2015)
Dalam ajang Milan International Filmmaker Festival terdapat satu kategori yang ditujukan untuk film-film animasi. Dan pada tahun 2017 lalu, film animasi karya anak bangsa yang berjudul Battle of Surabaya, sukses keluar sebagai pemenang untuk kategori Film Animasi Terbaik. Selain itu film ini juga sukses menyabet penghargaan sebagai Best Animation dalam ajang Hollywood International Motion Pictures Film Festival 2018, European Cinematography Award 2018, dan Amsterdam Film Festival 2018. Film yang mengusung cerita mengenai perlawanan arek-arek Surabaya saat melawan tentara Belanda, dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dalam pertempuran yang terjadi di Surabaya, pada 10 November 1945 ini, melibatkan 180 orang animator dalam proses pembuatannya. Tak hanya itu, film yang memakan waktu penggarapan selama 3 tahun ini juga berhasil menarik perhatian dan mendapatkan dukungan dari pihak Disney Asia Pasifik.
Flm yang memilih Pulau Dewata untuk pengambilan gambar ini bahkan menjadi satu-satunya film Asia yang diputar dalam sesi paling bergengsi di Toronto Internasional Film Festival (TIFF) 2017. Selain TIFF 2017, film yang disutradarai oleh Kamila Andini ini juga diputar dalam ajang Venice Production Bridge, Hong Kong Asia Film Financing Forum dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival ke-12. Tak sampai di situ saja, film Sekala Niskala atau yang dalam versi Bahasa Inggris berjudul The Seen and Unseen ini juga sukses mendapatkan penghargaan dari Asia Pasific Screen Award - Tokyo Filmex International Film Festival untuk kategori Best Youth Film. The Seen and Unseen mengisahkan mengenai Tantri yang selalu menemani Tantra, saudara kembarnya, yang tergeletak lemah akibat penyakit otak. Kedua bocah itu selalu bernyanyi dan menari bersama, namun sayang kondisi Tantra yang semakin buruk membuatnya tak bisa lagi bermain bersama saudara kembarnya. Namun entah bagaimana, suatu hari saat malam bulan purnama, Tantri merasakan suatu hal yang tak biasa, ia pun kemudian menari gembira bersama makhluk tak kasat mata.
5. The Night Comes for Us (2018)
The Night Comes for Us merupakan film lokal ber-genre action yang mengisahkan tentang seorang tukang pukul bernama Ito, yang kembali ke keluarga kriminalnya di Jakarta. Ito sebelumnya bekerja dengan sebuah Triad, organisasi kriminal Asia Tenggara yang kejam. Singkatnya, ia terperangkap dalam sebuah intrik pengkhianatan dan kekacauan, saat Triad memulai sebuah kampanye berdarah untuk ekspansi teritorial mereka. Film yang disutradarai Timo Tjahjanto ini pertama kali ditayangkan di Fantastic Fest 2018 di Austin, Texas, Amerika Serikat, pada September 2018, dan berhasil mendapat sambutan hangat oleh para sineas perfilman Internasional yang hadir saat itu. Bahkan film ini pun kemudian ditayangkan di layananan film streaming Netflixsejak Oktober tahun lalu. Film yang dibintangi oleh aktor laga ternama Indonesia, Joe Taslim dan Iko Uwais, serta sederet aktor dan aktris papan atas Indonesia, seperti Abimana Aryasatya, Dimas Anggara, Dian Sastro, Hannah Al Rashid, dan Julie Estelle ini merupakan film Indonesia pertama yang dirilis melalui Netflix.
0 Komentar