Iran Hukum Warganya Karena Dianggap Mata-mata Israel




Tehran, KS - Pengadilan Iran memutuskan untuk menjatuhkan hukuman penjara selama 10 tahun kepada laki-laki keturunan Inggris-Iran bernama Anousheh Ashouri pada Selasa waktu setempat (27/8). Ashouri sendiri berkewarganegaraan ganda yaitu Inggris dan Iran.

Menurut Reuters, informasi mengenai penjatuhan pidana tersebut disiarkan oleh stasiun televisi milik pemerintah Iran. Ashouri harus mendekam di balik jeruji besi karena pengadilan menyatakan ia terbukti bersalah sebagai mata-mata.

Juru bicara pengadilan, Gholamhossein Esmaili, mengatakan bahwa,"Warga Inggris-Iran bernama Anousheh Ashouri telah dipidana selama 10 tahun penjara karena menjadi mata-mata untuk Mossad milik Israel..serta dua tahun tambahan karena mengumpulkan kekayaan secara tidak sah."

Mossad sendiri merupakan badan intelijen nasional Israel. Di belahan dunia bagian barat, secara sumber daya manusia yang dipekerjakan, Mossad disebut sebagai agensi mata-mata terbesar kedua setelah CIA yang berada di bawah pemerintah Amerika Serikat. Per 2018, menurut Haaretz, Mossad mempekerjakan sekitar 7.000 orang.


Ini bukan kali pertama Iran menangkap dan menghukum orang-orang yang dinilai terbukti sebagai mata-mata. Pada Juli lalu, pemerintah mengungkap telah menahan 17 lainnya. Mereka disebut bekerja untuk CIA. Beberapa di antaranya dihukum mati.

Pada tahun lalu, Pemimpin Besar Iran, Ayatollah Khamenei, mengatakan negaranya menemukan fakta bahwa telah terjadi "infiltrasi" sejumlah agen dari negara-negara Barat. Ia tidak memberikan contoh atau bentuk penyusupan yang dimaksud kepada publik
Selain mengumumkan tentang Ashouri, Esmaili juga mengabarkan perihal seorang perempuan berkebangsaan Iran bernama Aras Amiri yang telah dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun. Ia dikatakan terbukti menjadi "mata-mata untuk Inggris".

Putusan ini dimantapkan oleh Mahkamah Agung. Menurut laporan, Amiri yang tidak punya paspor Inggris itu bekerja di British Council dan tinggal di London. Ia ditangkap ketika mengunjungi ibu kota Iran pada Maret 2018. British Council merupakan agensi untuk promosi pendidikan dan budaya milik pemerintah Inggris yang tersebar di banyak negara.

Soal penangkapan individu-individu yang disebut Iran telah terbukti sebagai mata-mata negara lain itu menimbulkan pertanyaan setelah wawancara khusus Mazyar Ebrahimi dengan BBC yang dipublikasikan pada 13 Agustus lalu.

Dalam interviu tersebut, Ebrahimi yang berkewarganegaraan Iran berkata dirinya disiksa selama 40 hari agar "mengaku" sebagai mata-mata Israel dan dalang dari pembunuhan sejumlah pakar nuklir Iran. "Mereka mematahkan kaki saya. Penganiayaan berlanjut selama tujuh bulan," ujarnya.

Mantan pebisnis itu menyebut pada 2012 dia terpaksa mengakui perbuatan yang tak pernah ia lakukan agar penyiksaan berakhir. Otak di balik ini, kata Ebrahimi, adalah Kementerian Intelijen Iran yang tak lain adalah satu dari dua badan intelijen utama di negara itu.

Apa yang membuat Ebrahimi masih bisa bernafas sampai kini adalah ironi di dalam tubuh komunitas intelijen Iran itu sendiri. Kompetisi terjadi antara Kementerian Intelijen dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Rivalitas itu membuat Kementerian Intelijen menyulap bukti dan merangkai skenario agar dipercaya menemukan pelaku pembunuhan.

IRGC akhirnya menemukan bahwa pengakuan Ebrahimi keluar dari mulutnya berdasarkan teks yang dibuat dan didikte oleh Kementerian Intelijen. Ia pun batal dieksekusi, tapi masih harus mendekam di penjara selama lebih dari 20 bulan. Baru pada 2015 Iran membebaskan Ebrahimi. Kini, ia menjadi pencari suaka di Jerman.


#rni | IDNTimes
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Selamat datang di Website www.kawasansumbar.com, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pimred: Adrianto