Manajemen Satu Rasa


     
      Catatan : Ruslan Ismail Mage SIPIL

INSTITUT. Bisa jadi judul tulisan ini terbilang konsep baru, karena selama ini belum ditemukan dalam literatur ilmu manajemen klasik maupun modern. Konsep Manajemen Satu Rasa ini bukan hanya sekedar baru, tetapi juga mengandung energi yang luar biasa dahsyatnya dalam mengelola dan membesarkan institusi (organisasi) apa pun bentuknya, baik organisasi birokrasi pemerintahan dari tingkat negara sampai tingkat RT, organisasi perusahaan yang beorientasi laba, maupun organisasi terkecil bernama keluarga. Manajemen Satu Rasa ini terinspirasi dari salah satu hadits Nabi yang mengatakan “Perumpamaan orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika ada satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasakan sulit tidur dan demam” (HR. Muslim). Kalau kemudian hadist Nabi ini dipakai untuk menjelaskan Manajeman Satu Rasa dalam konteks kepemimpinan dan manajemen, maka penekanannya adalah “Senyum bahagia seorang pemimpin/manajer adalah senyum bahagia rakyatnya/karyawannya, sebaliknya tangis derita rakyat/karyawan adalah tangis derita

pemimpinnya/manajernya”. Bisa dibayangkan bagaimana majunya suatu negara kalau pemimpinnya menerapkan Manajemen Satu Rasa dalam mengelola seluruh potensi nagara itu. Empati pemimpin terhadap rakyatnya melebihi seluruh kepentingan yang mengelilinginya. Tidak menempatkan rakyat hanya sebagai obyek pembangunan tetapi sebagai mitra dalam membangun daerah dan bangsanya. Bisa dibayangkan bagaimana berkembangnya suatu perusahaan kalau top leadernya menerapkan Manajemen Satu Rasa dalam mengelola seluruh potensi yang dimiliki perusahaan itu. Sejatinya tugas utama seorang manajer tidak sekedar melakukan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai target perusahaan, tetapi lebih dari itu harus memastikan apakah tangga menuju kesejahteraan karyawannya telah bersandar pada dinding yang tepat. Konsep Manajemen Satu Rasa terbilang sangat ideal sehingga hampir bisa dipastikan susah ditemukan jaman sekarang. Faktanya hampir semua pemimpin hidup berlebih sementara sebagian besar rakyatnya walaupun sudah bekerja keras baru cukup untuk tidak kelaparan besok harinya. Begitu pula manajer perusahaan hanya tersenyum bahagia sendiri dan mengabaikan tangisan buruhnya yang hanya meminta kehidupan layak sebagai manusia.

 Namun susah bukan berarti tidak ada yang menerapkannya. Sebuah institusi pendidikan yang sudah puluhan tahun saya kenal tanpa disadari telah menerapkan Manajemen Satu Rasa dan sangat berhasil mempertahankan eksistensinya di tengah pusaran pendidikan yang dikapitalisasikan negara. Adalah SDIT At’taufiq di kota Depok yang konsisten menempatkan seluruh elemen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan sebagai mitra yang mengedepankan rasa kebersamaan. Ketika institusi pendidikan yang lain guru-gurunya banyak keluar karena tergiur hijaunya rumput tetangga, namun sudah puluhan tahun guru-guru di SDIT At-taufiq betah mengajar, walupun gaji yang diterima tergolong rendah dibandingkan di tempat lain.
Kekurangan finansial tidak menjadi alasan mengurangi semangat mengajar anak didik, tetapi menjadi pemicu untuk lebih membesarkan institusinya. Pertanyaannya apa yang bisa membuat guru-gurunya betah mengajar? Rahasianya adalah sang kepala sekolah memimpin dengan mengedepankan keterbukaan, kebersamaa, dan kesetaraan rasa. Hal ini diwujudkan dengan penggunaan kata “kita’ dalam setiap pertemuan dan pengambilan kebijakan, bukan kata saya, aku, atau kami. Kata “kita” menekankan kebersamaan, sehingga kalau ada guru merasa kurang gajinya, pimpinan merasakan hal yang sama. Kalau ada guru yang sakit, semua guru dan pimpinan merasakan sakit. Kekurangan dipikul sama-sama, sakit dirasakan sama-sama, dan kemudian bersama-sama mencari jalan keluarnya. Jangan gurunya kekurangan sementara kepala sekolah dan pengurus yayasan berlebih.
Jangan ada guru atau anaknya sakit, tetapi guru-guru yang lain tutup mata, terlebih pimpinan tutup hati. Kuncinya tidak ada cara lain paling ampuh untuk menyelesaikan persoalan selain “Silaturahim”. Inilah sebenarnya inti Manajemen Satu Rasa “Bahagiamu bahagiaku, deritamu deritaku, senyummu senyumku, dan tangismu tangisku”. Google dan Facebook adalah dua perusahaan paling terkenal di dunia mengalami perkembangan pesat, karena menerapkan Manajemen Satu Rasa. Keuntungan besar perusahaan tidak hanya dinikmati pemimpin dan pemilik sahamnya, tetapi juga dibagikan kepada seluruh karyawan. Google dan Facebook menyadari benar bahwa karyawan adalah salah satu modal utama perusahaan yang harus merasakan keuntungan perusahaan. Akibatnya seluruh karyawan merasa memiliki dan bertanggungjawab penuh memajukan perusahaan. Mudah-mudahan catatan singkat ini bisa menginspirasi seluruh pemimpin dan manajer negeri ini menerapkan Manajemen Satu Rasa. Agar negara menjadi maju dan rakyat menjadi makmur. Perusahaan yang dipimpinnya berkembang pesat karena seluruh karyawannya berdoa setiap saat untuk kesehatan dan keselamatan pemimpinnya dalam memajukan perusahaan. Tidak ada negara gagal karena pemimpinnya fokus memakmurkan rakyatnya. Begitu pula tidak ada perusahaan bangkrut karena manajernya berbagi kepada karyawannya. Sahabat pembelajar! kepemimpinan apa pun ditangannya, jangan menunda menerapkan Manajemen Satu Rasa, lalu bersiaplah menjadi pemimpin yang dirindukan. Mengabaikannya berarti bersiaplah menjadi tokoh kartun. (Salam literasi tanpa limit)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Selamat datang di Website www.kawasansumbar.com, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pimred: Adrianto