Catatan : Yossi Danti, SH, MH
kawasansumbar com. Tidak ada bukti bahwa kwalitas otak perempuan itu kurang dari kwalitas otak laki-laki, atau ketajaman otak perempuan kalah dengan katajaman otak laki-laki. Kwalitasnya sama, ketajamannya sama. Hanya kesempatan yang tidak sama, kesempatan berkembangannya yang tidak sama. Justru kurang dikasihnya kesempatabn oleh sistem itulah, kita wajib beriktiar membongkar ketidakadilan masyarakat terhadap kaum perempuan. (Bung Karno 1963).
Pernyataan Bung Karno ini telah dibuktikan beberapa perempuan tangguh, cerdas dan visioner dari Minangkabau, seperti Rohana Kudus, Rasuna Said, Siti Manggopo, Syarifah Nawawi, dan Rahma El Yunusiah. Karena itu, untuk muncul kepermukaan sebagai pemimpin, alasan perjuangan gigih Siti Manggopo, Rohana Kudus, dan Rasuna Said melawan ketidakadilan, perlu dikontekstualisaikan ke dalam diri setiap perempuan Minang.
Berdasarkan realitas sejarah keperkasaan perempuan Minang itu, saya kemudian melihat dan mengkaji ada tiga modal utama perempuan Minang untuk bisa muncul kembali kepermukaan melumpuhkan dominiasi lelaki dalam proses pengambilan kebijakan (Pemimpin Daerah).
1. Modal Sejarah.
Secara historis tidak ada restorasi (perubahan menuju kebaikan) yang terjadi di muka bumi sejak jama Nabi sampai sekarang tanpa keterlibatan perempuan. Perempuan selalu mengambil peran dalam setiap perubahan sesuai tuntutan jamannya. Aisyah Radiallahu Anha (Istri Nabi) seorang perempuan pembelajar, intelektual sejati yang selalu menjadi teman diskusi Nabi dalam mengambil keputusan berjuang menegakkan agama Allah. Begitu pula Hadijah Radiallahu Anha (Istri Nabi) seorang perempuan pengusaha kaya yang menghabiskan hartanya untuk mendukung perjuangan Nabi menyebarkan agama Allah. Demikian seterusnya peradaban manusia disusun dan dikembangkan sampai abad modern ini selalu melibatkan peran sentral perempuan.
Sebutlah Rohana Kudus menjadi salah seorang perempuan pertama yang mendirikan surat kabar di negeri ini. Keberanian Siti Manggopo yang menyuruh semua lelaki pakai rok kalau takut melawan Belanda. Kegigihan Rahma el Yunesiah dalam mencerdaskan anak negeri dengan mendirikan pesantren/sekolah Diniyah Putri. Serta keuletan Syarifah Nawawi mendobrak sistem dengan menjadikan dirinya sebagai peremuan Minang pertama yang mengecap pendidikan Eropa. Ini data sejarah tak terbantahkan kehebatan dan keuletan perempuan Minang dalam membangun peradaban bangsanya.
2. Modal Falsafah.
Alam takambang menjadi guru adalah salah satu filosofi yang luar biasa luhurnya untuk salalu dimaknai perempuan Minang. Bahwasanya orang Minang itu terlahir menjadi “Manusia Pembelajar” yang menjadikan alam sebagai gurunya. Guru terhebat di dunia adalah alam, dan itu hanya ajaran ditemukan di Minangkabau, sehingga tidak heran kalau Minangkabau dulu pernah disebut sebagai pusat industri otak dan kepemimpinan di nusantara.
Sejatinya orang Minangkabau tidak pernah berhenti belajar. Setelah belajar di institusi pendidikan formal, orang Minangkabau langsung berguru lagi kepada alam. Tengoklah bagaimana hebatnya karya-karya Buya Hamka dan Agusalim yang mampu menggetarkan jamannya dan menembus tiga dimensi waktu.
3. Modal Kearifan Lokal.
Dalam membahas posisi perempuan di Minangkabau, ada kearifan lokal yang luar biasa energinya dalam menempatkan posisi perempuan dalam proses pengambilan kebijakan. Kearifan lokal itu bernama Bundo Kanduang. Konsep Bundo Kanduang ini menempatkan posisi perempuan sangat tinggi dan terhormat dalam struktur rumah gadang. Perempuan diberi kewenangan tinggi dalam hal-hal tententu untuk mengambil keputusan dan kebijakan dalam menjalankan roda kehidupan keluarga. Artinya secara historis perempuan Minamkabau sudah terbiasa diposisikan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. Sekarang yang perlu dilakukan bagaimana merekontruksi ulang konsep Bundo Kanduang dalam konteks kekinian untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam politik di wilayah institusi negara. Jadi bagaimana mereposisi peran perempuan yang tinggi dalam keluarga untuk bermigrasi ke dalam institutusi negara seperti di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. (Selamat tahun baru 2020)
Baca Juga
0 Komentar