KS HARTA ANDA ASET ATAU BEBAN ?
Banyak yang tidak bisa membedakan aset dan beban. Mereka mengira
rumah yang dia tinggali itu aset. Mobil yang dinaiki itu aset. Akibatnya
mereka berusaha terus membuat rumahnya lebih bagus dan meningkat
nilainya. Padahal nilai rumah bukan fisiknya tetapi pada 3 hal yaitu :
1. Lokasi
2. Lokasi
3. Lokasi
Banyak rumah sebagus istana yang terletak di sekitaran Porong tempat
semburan lumpur Lapindo, nyaris tidak ada harganya. Kecuali yang masuk
kawasan terdampak karena harus dibeli. Tetapi yang diluar itu ?
Mereka juga terus menambah mobil karena mengira mobil itu aset. Teman
teman dokter saya sering dengan bangga mengatakan bahwa mobilnya 5,
seperti saya dulu. Padahal mobil adalah beban, karena membuat kita
mengeluarkan uang terus. Baik karena pemeliharaan maupun penurunan
nilai atau depresiasi.
Dari gambar diatas nampak bahwa rumah yang kita tinggali itu beban,
begitu juga mobil yang kita pakai juga beban. Contoh harta berupa aset
adalah pabrik, kendaraan niaga, rumah yang dikontrakkan, ternak, bisnis
yang dikelola pihak lain dan sebagainya.
Catatan : Bisnis yang kita kelola sendiri bukan aset tetapi pekerjaan. Aset
sebenarnya adalah Anda sendiri, karena jatuh bangunnya bisnis
tergantung Anda.
DEFINISI ASET DAN BEBAN
Aset adalah segala sesuatu milik kita yang bisa memasukkan uang secara
rutin ke kantong kita. Seperti saham, deposito, surat berharga lain, real
estate, kos kosan, bisnis yang diurus orang lain, lahan produktif, ternak dll.
Beban adalah segala sesuatu yang menyebabkan kita harus mengeluarkan
uang. Contoh beban misalnya rumah yang kita tinggali, mobil yang kita
pakai.
Seharusnya aset kita diperbesar dan beban diperkecil (kotak hitam). Tapi
yang terjadi justru sebaliknya yaitu beban yang diperbesar dan aset bahkan
tidak terpikirkan (kotak abu abu).
Rumah yang kita tinggali adalah beban yang paling besar menyerap potensi
kekayaan kita. Semua uang penghasilan kita masuk kesana. Jika seseorang
punya uang, tiba tiba saja merasa perlu mengganti lantai rumah, merenovasi
dapur, menambah kamar. Yang terpikir adalah KAPAN LAGI ADA
KESEMPATAN ?. Ternyata jurus KAPAN LAGI itu berlaku baik pada
yang usia 17 tahun sampai yang usia 71 tahun. Kapan lagi ?
Kalau ada orang muda konsultasi, biasanya saya tanya :"Sudah punya
rumah atau belum ?". Jika jawabnya belum, saya puji dan saya sarankan
jangan beli rumah dulu. Kontrak rumah saja sampai Anda punya
penghasilan pasif yang cukup untuk membeli rumah.
Jika menjawab sudah punya rumah, saya sarankan untuk mengontrakkan
rumahnya, kemudian uangnya digunakan mengontrak rumah yang nilainya
sama. Jika kita tinggal di rumah kontrakan, tidak akan ada keinginan untuk
menambah kamar atau mengganti lantai. Uangnya bisa kita investasikan di
tempat yang benar.
Tetapi jika Anda bertanya ke orang bank, maka dia akan menjawab dengan
tegas bahwa rumah Anda adalah aset, mobil Anda adalah aset. Mereka
benar dan tidak sedang membohongi Anda. Yang tidak mereka katakan
adalah itu aset siapa ? Itu asetnya bank, karena menghasilkan uang untuk
bank. Untuk Anda itu adalah beban. Emas disebut aset jika harganya naik
terus.
Robert T Kiyosaki mengatakan bahwa kita bisa mengetahui kondisi
keuangan seseorang dengan menanyakan :”Apa harta terbesar Anda ?” Jika
dia menjawab harta terbesarnya adalah rumah, maka berarti dia punya
masalah keuangan yang besar.
Yang dimaksud harta disini tentu materi atau yang berhubungan dengan
uang. Bukan harta harta diluar itu.
Pengetahuan yang rendah tentang aset dan beban ini, menyebabkan banyak
orang tua yang justru membebani si anak sehingga kondisi keuangannya
amburadul. Orang tua kelas menengah akan berusaha membelikan anaknya
rumah yang sesuai dengan status sosial orang tua. Padahal itu akan sangat
memberatkan anak. Uang penghasilan si anak yang belum terbiasa akan
terhisap habis di rumah itu
Saya punya kenalan seorang profesor yang dikenal sebagai dokter anak laris
di Surabaya. Putranya 3 orang yang semuanya bukan dokter. Ke tiga putra
putrinya yang sudah berkeluarga itu dibelikan rumah dan mobil satu satu.
Karena secara keuangan tidak memungkinkan, ayahnya yang menanggung
beban rumah dan mobil itu, mulai pajak sampai listrik. Jadi, diusia 60 tahun
saat itu, beliau merawat 5 rumah dan 5 mobil. Untuk bisa memenuhi itu
semua, beliau praktek 6 hari seminggu pagi dan malam. Terkadang sampai
jam 1 malam, sedang jam 5 pagi pasien sudah antri.
Beliau berkata :
"Mengapa
baru sekarang saya melihat yang seperti ini. Mengapa tidak sejak dulu?".
#Kecerdasan Finansial Dasar – dr. Sigit Setyawadi, SpOG
Baca Juga
0 Komentar